Sabtu, 09 Oktober 2010

Pohon Apel Dan Anak Laki - Laki

Suatu masa dahulu terdapat sebuah pohon apel yang sangat besar. Seorang anak laki laki begitu gemar bermain di sekitar pohon apel itu. Ia memanjat pohon apel tersebut, memetik, serta memakan buah apel tersebut dengan sepuas hatinya. Dan ada kalanya ia beristirahat lalu terlelap di perdu pohon apel itu. Anak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Begitu juga sebaliknya dengan pohon apel yang juga menyayangi anak laki laki tersebut.


Masa telah berlalu, anak kecil itu pun sekarang telah menjadi remaja. Dia tidak lagi menghabiskan setiap hari bermain di sekitar pohon apel tersebut. Pada suatu hari dia datang kepada pohon apel dengan wajah yang sedih.
"marilah bermain main di sekitarku"
Ajak pohon apel itu
"aku bukan lagi anak anak, aku tidak lagi suka bermain denganmu. aku ingin mainan, tetapi aku tidak punya uang untuk membelinya"
jawab remaja itu dengan nada yang sedih.
lalu pohon apel itu berkata.
"kalo begitu petiklah apel-apel yang ada pada diriku. jualah untuk mendapatkan uang, dan dengan uang itu kau dapat membeli mainan yang kamu inginkan"
anak itu dengan gembiranya memetik semua apel yang ada di pohon itu.

Ia tidak kembali lagi selepas itu, dan pohon apel itu merasa sedih. Waktu terus berlalu, suatu hari remaja itu kembali. Dia semakin dewasa, pohon apel itu merasa gembira melihat dia datang kembali.

"ayo bermainlah di sekitarku"
ajak pohon apel itu.
"aku tidak punya waktu untuk bermain, aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan uang. aku ingin membangun rumah, sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. maukah kau menolongku?"
tanya laki laki itu
"maafkan aku, aku tidak mempunyai rumah. tapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini. dan kau dapat membuat rumah dari dahan-dahanku yang besar"
begitu jawab pohon apel tersebut

Pohon itu memberikan solusi, lalu remaja itu memotong semua dahan pohon apel itu. Kemudian pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira melihatnya. Tetapi kemudian dia merasa sedih, karena remaja itu tidak kembali lagi selepas itu. Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pohon apel tersebut. Dia adalah anak lelaki yang dulu bermain-main di sekitar pohon apel itu, dia kini telah dewasa.

"heiyyy,,, ayolah bermain-main lagi denganku"
ajak pohon apel itu dengan hati yang gembira
"maafkan aku, aku bukan lagi anak-anak yang suka bermain di sekitarmu. aku sudah dewasa, aku mempunyai cita-cita untuk berlayar. malangnya aku tidak mempunyai perahu, maukah kau menolongku?"
tanya lelaki dewasa itu dengan berharap.
"aku tidak mempunyai perahu untuk di berikan kepadamu. tetapi kau boleh memotong batangku untuk di jadikan perahu. dan kau dapat berlayar sesuka hatimu"
kata pohon apel itu.

Lelaki itu merasa sangat gembira, dan kemudian menebangi batang pohon apel tersebut. Selesai menebangi batang pohon apel, lelaki itu pergi dengan gembira. Namun dia tidak juga kembali selepas itu. Dan pada suatu hari, seorang laki-laki yang tua datang menuju pohon apel itu. Dan dia adalah anak lelaki yang dulu bermain di sekitar pohon apel itu.

"maafkan aku, aku tidak lagi mempunyai apa-apa untuk di berikan kepadamu. aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau membuat rumah, batangku untuk kau buat perahu. dan sekarang aku hanyalah sebuah tunggul dengan perakarannya yang hampir mati"
kata pohon apel itu, dengan nada pilu.
"aku tidak mau apelmu, karena aku tidak punya gigi untuk memakannya. aku tidak mau dahanmu, karena aku sudah tua untuk memotongnya. dan aku tidak mau batang pohonmu, karena tak akan berlayar lagi. aku merasa lelah dan ingin istirahat"
jawab lelaki itu
"kalau begitu, istirahatlah di perduku"
kata pohon apel itu

Lelaki tua itu pun duduk beristirahat di perdu pohon apel tersebut. Dia duduk dan beristirahat dengan tenang. Mereka berdua menangis terharu...


Sebagai catatan...
Sebenarnya pohon apel yang dimaksudkan dalam cerita di atas adalah kedua orang tua kita. Saat kita masih kecil, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita tumbuh remaja, kita perlu bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka, dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita sedang dalam kesusahan. Namun begitu mereka tetap menolong kita, dan melakukan apa saja. Asalkan kita dapat bahagia dan gembira.

Anda mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu bersifat kejam pada pohon apel itu. Tetapi fikirkanlah, itu hakikatnya bagaimana anak-anak masa kini membalas kedua orang tua mereka. Hargailah jasa orang tua kita. Janganlah kita hanya menghargai mereka pada hari ibu dan hari bapak, atau saat kedua orang tua kita sedang berulang tahun setiap setahun sekali.

Wahai sahabat, cintailah kedua orang tua mu. Ciumlah kedua tangan mereka ketika kau hendak pergi meninggalkan dan berjumpa dengannya. Dan jika orang tua mu telah tiada, doakanlah supaya mereka ada di tempat yang di rodhoi-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar